Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Perjanjian

Antara Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum

Masih ada kebingungan di kalangan pengacara tentang perbedaan antara PMH dan Wan Prestasi. Faktanya, tidak ada satu pun gugatan Van Prestas yang diajukan ke PMH dan belum diajukan ke pengadilan. Apa sebenarnya perbedaan antara "prestasi yang gagal" dari PMH?   Mari kita lihat dulu pendapat beberapa ahli tentang hal ini. Yoni A Setyono (Guru Besar Acara Perdata Universitas Indonesia) berpendapat bahwa mengkonsolidasikan gugatan PMH atas wanprestasi secara hukum tidak diperbolehkan ( Hukumonline, 3 Agustus 2009 ). M. Dalam bukunya Hukum Acara Perdata, Yahya Harahap menyatakan bahwa "tidak ada alasan untuk mengacaukan non-pembayaran dengan PMH selama persidangan". Pendapat kedua ahli ini sesuai dengan Putusan no. 100 Mahkamah Agung. 1875 K/Pdt/1984 (24.04.1986) menyatakan bahwa “perpaduan antara suatu tuntutan melawan suatu undang-undang dengan keinginan untuk mengingkari/memenuhi suatu janji tidak dapat dibenarkan dengan suatu tata cara yang diatur” harus dipu

Babak Baru Hukum Perparkiran Indonesia

Cerita bermula pada tanggal 1 Maret 2000, ketika Ibu Annie R Galtom sedang membeli sebuah Toyota Kijang Super No. B 255 SD tahun 1994 yang dikendarai oleh putranya Huntas Tambonan di tempat parkir daratan (sekarang Carrefour Plaza Simbaca Mas) yang diparkir di Jakarta Pusat. , dimiliki oleh PT. Securindo Pakatama Indonesia. Keduanya yakin mobil aman, karena kartu masuk, kunci mobil, dan STNK ada di tangan Kontas Tambonan. Ketika mereka selesai berbelanja, ibu dan anak itu tidak bisa mengemudikan mobil mereka di sana. tempat kembali. Dicari di tempat yang berbeda , tidak ditemukan. Bagaimana Anda kehilangan mobil tetapi apakah tiket, kunci, dan surat registrasi sudah dekat? Ini adalah sesuatu yang tidak bisa mereka terima. SM. Annie R. Goltum dan Hontas Tambonan berusaha mengajukan laporan mobil hilang. Mereka juga meminta PT. Securindo Packatama Indonesia, tetapi valet mengatakan pemilik bertanggung jawab atas kehilangan mobil. Manajer parkir meminta pengembalian dana standar: &

Perjanjian Pranikah

Di negara kita, yang masih mengekalkan adat resam Timur, menjadi rumit apabila salah seorang bakal pasangan berhasrat untuk meminta kontrak awal. Akad nikah menjadi jarang berlaku, dianggap luar biasa, kurang ajar, materialistik, mementingkan diri sendiri, tidak bermoral, tidak selaras dengan adat Timur dan lain-lain. Kerana perkahwinan dianggap Sebagai perkara yang suci, akad nikah tetap menjadi urusan harian yang tidak boleh dibincangkan atau dimasuki. Kerana jika mereka melakukannya, maka timbul persoalan, apakah perbezaan antara kontrak biasa yang dibuat oleh dua orang dalam transaksi perniagaan? Kepentingan akad nikah Akad nikah atau akad nikah ialah akad yang dibuat sebelum akad nikah yang mewajibkan pengantin baru berkahwin, kandungan isu pembahagian harta di antara pasangan termasuk apa yang menjadi milik pasangan atau apa. Bezakan liabiliti harta pasangan atau bakal pasangan berkenaan dengan harta masing-masing daripada mana-mana harta bakal pasangan sekiranya berlak

Beberapa Permasalahan Perkawinan Campuran Antara WNI & WNA: Tentang Hak Asuh Anak & Harta Bersama (part 2)

Hasil Perceraian Hak Ibu Bapa Kanak-Kanak Berlainan Warganegara PENGUMUMAN. Sebelum disahkannya Undang-undang No. 12 tahun 2001, perkawinan di Indonesia diatur dengan Undang-undang Kewarganegaraan No. 62 Tahun 1958. Undang-undang Indonesia ini berpegang pada prinsip sanguineisme patriarki: anak yang lahir di luar nikah dan segera menikah dengan nenek dari pihak ayahnya. tertakluk kepada paterniti. Dalam kes kewarganegaraan, kewarganegaraan hanya boleh diperoleh apabila kanak-kanak itu mencapai umur 18 tahun. PENGUMUMAN. Anak-anak yang lahir selepas Ogos 2006 akan diberikan dua kewarganegaraan apabila berlakunya Undang-undang Kewarganegaraan Indonesia No. 12 pada tahun 2006. Selepas 18 tahun (sehingga 3 tahun tempoh tangguh), kanak-kanak itu mesti memilih kewarganegaraan, di mana-mana negara yang dia pilih. . Pada masa perceraian, ibu telah melepaskan kewarganegaraan anaknya pada tahun 2002. Di bawah seksyen 3(3) Undang-undang No. 23 Tahun 2002, dia boleh menukar kewarganegaraan ana